Tempatku bersanding bisu
Awan pun membiru
Angin kian berlalu
Membawa kabar baru
Kembalilah oh kembalilah
Berbicara oh berbicara
Maka sejenak ku beranjak
Hening malam bersentuhan
Bertabur pelan-pelan
Mengharukan
Duduk di samping jendela
Hanya waktu yang kubela
Berkeluhlah
Air mata bergelimang
Saat ku sendiri
Yang tak terhindari
Butuh waktu untuk berbuat
Hanya pikiran berkarat
Berkeluhlah
Hidup ini butuh tujuan
Dari segala macam kepingan
Yang melintang
Mengalah saja bila
Engkau tak kuat lagi
Tak perlu kau rindukan
Bila tak akan engkau raih
Kadang mengalah itu indah
Hapuskan yang telah berlalu
Damailah kau berserah
Lapangkan oh lapangkan
Seperti benderang dalam kelam
Bermekaran dalam layunya
Kerahkan jerih payah
Untuk kau renungkan
Untuk kau bermula
Tinggalkan yang telah usang
Pudarlah nelangsa
Sekarang kau berbicara
Buka mulutmu oh kawan
Lekas kau gemilang
Lekas kau gemilang
Niscaya resah sirna
Asal kau bermimpi
Tanpa harus kembali
Biarkan kulantunkan
Nyanyian sederhana
Biarkan terpejamlah
Rasakan lelah itu
Biarkan kau bertemu
Jadikan pesawatmu
Perlahan menghilang sudah
Tanpa sadar kau sudah pulas
Heningnya telah terasa
Dengkurnya telah berkuasa
Tenanglah kau di sana
about
[BAR012]
Saya mengenal Alvin belum terlalu lama. Mungkin baru sekitar satu tahun kurang. Tapi sejak satu atau dua tahun sebelumnya sudah seringkali saya mendengar namanya. Terlebih, salah satu kawan saya merupakan penabuh perkusi di band-nya, Alvin & I. Saya pun sebelumnya tak pernah menonton Alvin & I, pun mendengar lagunya. Karena pada awalnya, saya tidak begitu mendengarkan musik folk lokal. Bahkan band folk sekaliber Banda Neira atau Tigapagi pun, saya tak begitu sering mendengarnya.
Panggung Alvin & I pertama yang saya tonton adalah saat mereka bermain di Nu Art, entah lupa lagi acara apa. Yang saya ingat di acara itu juga ada Polyester Embassy dan Sore. Pengalaman pertama saya menonton Alvin & I, jujur, biasa saja. Bagi saya tak begitu menarik. Dan itulah pengalaman pertama saya menonton Alvin berada di panggung bersama band-nya.
Baru beberapa bulan kemudian saat band yang saya bikin, Soft Blood bermain untuk pertama kalinya, Iksal, kawan dan juga manager dari Soft Blood membawa Alvin untuk menjadi sound man. Disitulah mungkin untuk pertama kalinya saya berbincang dengan Alvin. Sejak itu, kami jadi semakin sering bertemu. Apalagi saat kemudian saya membantu tim design di acara The I Way Fest dimana saya harus banyak bertemu dengan Alvin.
Darisana sedikit demi sedikit saya mulai mengenal Alvin. Kebetulan disaat sibuknya mengurus The I Way ini, Alvin pun sedang disibukkan dengan rilisnya mini album pertama Alvin & I. Saya diberi satu keping CD-nya dan mulai mendengarkannya di rumah sesaat setelah saya sampai. Impresi pertama saya: Oke, saya mulai menyukai versi rekaman dari lagu-lagu mereka. Lalu saya mendengarkannya berulang-ulang sampai saya menyadari bahwa entah kemana saja saya selama ini karena telah melewatkan musik mereka. Musik yang ditawarkan Alvin & I memang bukan sesuatu yang baru, tapi juga bukan sesuatu yang biasa-biasa saja seperti yang muncul dipikiran saya pada malam dimana untuk pertama kalinya saya menonton mereka. Lagu-lagu mereka simpel, minimalis, namun tetap megah. Dan bahwa kemudian, bagi saya pribadi, Alvin & I telah menggantikan tahta Deu Galih dalam singgasana folk Jatinangor, juga merupakan hasil dari lagu-lagu yang Alvin ciptakan. Dan ini pun menyadarkan saya satu hal, bahwa Alvin merupakan salah satu musisi brilian, jika bukan jenius.
***
Beberapa bulan yang lalu, Alvin pernah melontarkan keinginannya untuk membikin sebuah mini album berisi karya-karya solonya yang tidak cocok untuk dibawakan di Alvin & I. Dan Alvin benar-benar serius. Beberapa saat kemudian saat saya datang ke kontrakannya untuk rekaman, Alvin memperdengarkan salah satu materi mini albumnya. Dan semuanya terasa sedikit berbeda. Lebih kompleks dan entahlah, mungkin pendekatannya berbeda dari saat dia menulis lagu untuk Alvin & I. Dan jujur, saya penasaran dengan keseluruhan materi mini album tersebut.
Kemudian kira-kira satu minggu yang lalu, Alvin meminta saya untuk menjadi operator rekaman satu lagu terakhir untuk mini albumnya ini. Dan akhirnya saya memiliki kesempatan untuk mendengar keseluruhan materi. Dan benar saja, permainan gitarnya menjadi lebih kompleks dari Alvin & I meskipun masih sedikit bernafas sama. Tapi ada sesuatu yang berbeda. Sepertinya Alvin mulai mencoba untuk melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan saat bermain di Alvin & I. Jika saat di Alvin & I, Alvin berusaha bermain aman dengan petikan dan chord-chord yang simpel, kali ini Alvin sedikit bermain-main dengan chord gitar. Banyak petikan-petikan yang kompleks namun tetap indah. Mini albumnya ini, terasa banyak pengaruh Justin Vernon. Maklum, Alvin merupakan anak rohani dari nama yang disebut barusan. Dan ini menarik.
Ini jelas bukan sebuah pendewasaan atau improvment dari Alvin, karena musikalitas Alvin sudah dewasa dan berkembang sejak lama. Hanya saja dia selalu mencoba untuk berkompromi dengan anggota band-nya yang lain, mungkin? Dan kali ini Alvin berhenti menjadi seorang kompromis. Meskipun soal lirik, Alvin tetaplah Alvin: lirik-lirik melodramatis nan sensitif. Dan ini memang mencerminkan sosok Alvin diluar musik. Alvin adalah sosok yang mellow dan sensitif, meskipun dia pandai menutupinya dengan sosok yang riang dan penggembira. Dan untungnya, dia tidak mengeluarkan sisi mellow dan sensitifnya kedalam hal-hal yang norak dan picisan. Lirik-lirik yang dia buat, disisi lain, terdengar elegan, jujur dan tanpa hiperbola. Untuk hal terakhir, saya beruntung Alvin tak menulis lirik dengan banyak hiperbola.
Sebagai catatan, salah satu album folk favorit yang langsung membuat saya jatuh cinta sejak pertama mendengar adalah album The Courage of Others-nya Midlake. Dan kali ini, saya merasakan perasaan yang sama setelah saya mendengarkan keseluruhan materi mini album dari Alvin.
Saya, dan juga kita semua, beruntung bisa mengenal Alvin dan bisa mendengarkan musik-musiknya yang brilian. Dan musik-musik yang Alvin ciptakan, bagi saya merupakan perpanjangtanganan dari sosok Alvin secara personal. Mendengar musik Alvin rasanya seperti bertemu kawan baik. Dan itulah Alvin dari sudut pandang seseorang yang baru mengenalnya satu tahun yang lalu. Seorang sosok kawan yang baik sekaligus seorang sosok musisi yang jenius. Dan lewat mini album ini, saya harap kalian bisa merasakan apa yang saya rasakan saat pertama kali mendengar materi-materi solo Alvin.
Salam, Mirza P. Wardhana
credits
released March 20, 2017
Komposisi dan Aransemen: Alvin Baskoro
Mixing dan Mastering: Alvin Baskoro
Design: Galih Suryana Putra
Foto: Mirza P. Wardhana
New York duo showcase an enigmatic blend of math rock guitars, pop-punk sing-a-longs, emo confessionals, and even rave-ready synths. Bandcamp New & Notable Nov 15, 2023
Take a trip around the world with the album of sophisticated acoustic pop from Aya Nakano and a changing line-up of musicians. Bandcamp New & Notable May 4, 2023
Composer Henrik Öhberg, aka Tvärvägen, balances 20th century minimalism with a uniquely melodic sensibility on his fifth LP. Bandcamp New & Notable Feb 7, 2023
Ben Wheeler uses an East German synthesizer and a Soviet flanger to create hauntingly weird yet bright and open electronic soundscapes. Bandcamp New & Notable Feb 10, 2022